Entri Populer
-
ingin sekali kubunuh diriku (tapi bukan bunuh diri) membunuh diriku yaitu diriku yang membunuh aku akan kucabik mereka yang ada didalam diri...
-
mesra mencinta mulai menghilang makna mengasihi musnah memalingkan muka menatap maya menggauli malam merengkuh maksiat mengucap mantra menya...
-
di sebuah malam yang hening dan meresap di kalbu ada peristiwa cahaya yang mesti di jaga ya Allah... telah KAU utus.. JibrilMU,menemui Rasul...
-
ketika pagi telah menjulang kulihat sang mentari bersinar dengan seyuman indah di wajahnya ketika ku coba melangkah dihari ku yang kelam kul...
-
sebelum senja tiba biarkan angin berlalu di sela pepohonan nan merdu membawa angin masa lalu sebelum senja tiba biarkan awan berkelana memba...
-
kusimpan kangen ini kusimpan. tapi aq tak bisa tak bisa tak membuka dan kubuka hati membaca tanda atas status tertera barangkali hanya kata ...
Sabtu, 23 Oktober 2010
KEBERADAANMU
kau yang duduk di singgasana tahta negri ini
bersenandung dari balik janji manies nan puitis
keberadaanmu tak sanggup obati luka kami lagi
kakimu lumpuh oleh kekuasaan yang mengikat
kau yang berpidato penuh wibawa dan gagah di sana
menjabarkan tentang jati diri dan gemilang kekuasaan
pidatomu tak sanggup lagi cerahkan ingatan kami
penuh dikacaukan oleh harga sembako dan berita di TV
kau yang sibuk mengkampanyekan wajah di jalanan
memajang potret dan mengemas diri penuh pesona
harga dirimu di koran koran tak mampu mengisi lapar
mengeja rupiah yang tak mampu membayar keringat
di mana mana darah dan air mata tumpah berlinang pilu
keluh zaman tak pernah habis menghisap waktu kami
kami yang tak mampu jadi fikiran tuk kau pertimbangkan
terus saja kau bungkam dengan kepiawaia dan orasimu
di sini terlihat keprihatinan kau lupakan
anak anak mereguk asap racun televisi, internet, dan game
lalu menyemburkannya di tempat bermain, sekolah dan mimpi
lalu semuanya begitu biasa, jadikan miris sebagaia kehebatan
betapa menyedihkan hadir di negrei ini tanpa kesempatan
tuk turun dikeramaian mimpi terhalang oleh dolar dan kuasa
begitu menyedihkan melihatmu masih percaya diri bermimpi
dengan berceloteha, mengemas janji, memamerkan citra diri
begitu lama aku berjalan dengan membawa doa ibu di punggungku
menjaga pesan air susunya tuk membayar kesedihannya di sini
lintasi jalan yang penuh gumpalan mendung dan hujan di hadapan
mengerat bukit, menembus awangelap yang kau cemari
wahai kau yang duduk di kursi EMPUK, yang terus berpidato
wahai kau yang terlalu sibuk mengemas diri dari kampanye MANDUL
pulanglah kepangkuan doa ibu tuk menjemput pesan TUHAN nan damai
jadikanlah kami catatan yang selalu kau bawa dalam ingatanmu
hingga kau begitu pantas untuk kami kenang dalam DOA
doa yang menjadikan keberadaanmu dan kami
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.